Allah SWT berfirman: “yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu" (QS.Yasin:80).
Firman ini dapat kita ambil hikmahnya adalah bahwa kayu merupakan sumber api (energi) yang dapat kita gunakan seterusnya. Memang kenyataannya kayu bakar merupakan sumber energi selama masa peradaban manusia. Bahkan bahan bakar fosil yang saat ini banyak kita gunakan seperti batubara, minyak dan gas bumi berasal dari bahan organik dari tumbuh2an dan makhluk hidup lainnya.
Pada jaman yang modern ini, meski sudah tersedia bahan bakar jenis lain yang memiliki nilai kalori lebih tinggi, lebih bersih, dan lebih praktis, namun beberapa jenis kuliner di dunia masih menggunakan kayu bakar untuk memasaknya. Di berbagai tempat, kayu bakar tetap digunakan karena telah menjadi ciri khas. Memasak dengan kayu bakar diyakini memiliki rasa yang berbeda dibandingkan memasak dengan bahan bakar lain.
Kayu bakar juga menjadi mata pencaharian bagi rakyat miskin hingga saat ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya”. (H.R. Bukhari).
Setiap enam jam matahari memandikan tanah bumi dengan energi sebesar konsumsi dunia dalam setahun. Jika kita bisa menemukan cara untuk mengumpulkan dan mendistribusikan energi ini, maka masalah energi kita akan terpecahkan.
Proses alamiah penyimpanan energi matahari ini adalah fotosintesis pada daun. Fungsi daun yang utama pada setiap tumbuhan berfungsi sebagai tempat pengolahan zat makanan melalui proses fotosintesis melalui sel-sel yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Dalam fotosintesis, energi cahaya, air dan karbon dioksida diubah oleh klorofil menjadi senyawa organik atau karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat inilah yang menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi dan bahan untuk membuat senyawa lain yang dibutuhkan tumbuhan. Sebagian dari karbohidrat ini di simpan sebagai cadangan makanan yang dapat digunakan sebagai sumber energi biomassa. Allah telah menciptakan daun sebagai solar panel untuk merubah dan menyimpan energi matahari menjadi massa dalam bentuk pohon yang dapat kita manfaatkan sebagai sumber energi yang abadi.
Pohon mengambil karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi biomassa dan ketika poohon mati, karbon dioksida dilepaskan kembali ke atmosfer. Pohon-pohon baru mengambil kembali karbon dioksida yang dihasilkan, siklus karbon secara teoritis tetap seimbang, dan tidak ada karbon dioksida tambahan yang ditambahkan ke neraca atmosfir - sehingga biomassa dianggap sebagai “karbon netral.” Biomassa dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena energi yang melekat berasal dari matahari dan karena dapat tumbuh kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Sebagai sumber energi, biomassa dapat digunakan secara langsung melalui pembakaran untuk menghasilkan panas, atau secara tidak langsung setelah mengubahnya menjadi berbagai bentuk biofuel. Kayu tetap menjadi sumber energi biomassa terbesar saat ini, contohnya termasuk residu hutan - seperti pohon mati, cabang dan tunggul pohon, serpihan kayu dan bahkan sampah kota.
Pemanfaatan energi biomasa tidak memerlukan peralatan canggih sehingga dapat mudah digunakan ataupun dikembangkan menjadi energi panas ataupun energi lainnya. Inilah yang menjadi keistimewaan penggunaan biomasa dapat digunakan oleh seluruh tingkat kehidupan masyarakat.
Sebagai sunatullah, pemanfaatan teknologi energi terbarukan biomassa perlu dikembangkan dan ditingkatkan guna kemaslahatan umat meningkatkan ketahanan energi Indonesia. Apalagi mengingat bahwa pasokan energi nasional sangat bergantung dari negara lain yang dapat mempengaruhi kedaulatan negara.
Kompor Biomasa untuk Pengentasan Kemiskinan Energi
Kemiskinan energi terjadi akibat kurangnya akses terhadap layanan energi modern. Tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dipengaruhi dari tingkat konsumsi energi. Sebagian besar masyarakat negara berkembang tingkat penggunaan energi sangat rendah karena memerlukan usaha dan waktu yang banyak untuk mengumpulkan bahan bakar. Bahan bakar yang digunakanpun sangat kotor dengan tingkat polusi tinggi.
Umumnya penduduk pedesaan sangat bergantung pada biomasa tradisional seperti kayu bakar, arang, sisa tanaman, dan sejenisnya. Memasak oleh penduduk desa umumnya dilakukan dengan tungku biomassa yang tidak efisien, menguras sumber daya alam dan memakan banyak waktu dan tenaga. Kompor biomasa yang tidak efisien akan mengeluarkan asap pekat yang menimbulkan risiko kesehatan wanita dan anak-anak yang menghabiskan berjam-jam sehari di dekat tungku pada dapur yang umumnya berventilasi buruk.
Menghirup asap dan karbon hitam dalam jumlah besar sangat merugikan kesehatan manusia akibatmenghirup karbon monoksida dan polutan lainnya hingga 100 kali lebih tinggi dari batas yang direkomendasikan yang ditetapkan oleh WHO. Cara memasak seperti ini telah mengakibatkan satu orang meninggal setiap delapan detik atau kira-kira satu orang meninggal akibat asap dapur setiap kali Anda mengedipkan mata. Paparan asap yang berlebihan selain mengakibatkan kematian, akan menyebabkan kanker paru-paru, penyakit paru-paru kronis, dan katarak pada para wanita di negara-negara berkembang.
Selain masalah kesehatan, ketergantungan pada bahan bakar kayu untuk memasak yang tidak efisien menyebabkan degradasi lingkungan yang sangat besar, menjerat masyarakat miskin akan tetap miskin serta meningkatkan risiko kebakaran rumah.
Kurangnya akses energi modern merupakan tantangan besar bagi orang-orang di negara berkembang. Salah satunya adalah memperkenalkan teknologi tungku masak biomasa yang lebih aman, efisien dan berkelanjutan. Tungku biomasa merupakan tungku gasifikasi biomassa, menggunakan sistem pembakaran dua tingkat, sehingga
- Menghasilkan api yang lebih bersih sehingga meningkatkan kesehatan
- Menghemat penggunaan biomasa sehingga mengurangi biaya bahan bakar serta mengurangi waktu mengumpulkan kayu.
- Memberikan kontribusi positif bagi strategi pembangunan rendah karbon dalam mengurangi dampak perubahan iklim
- Meningkatkan ketahanan energi untuk suatu negara.
Dalam melakukan pengembangan program ecoMasjid guna pembangunan kemandirian energi umat, Lembaga PLH & SDA MUI telah membeli dan melakukan uji coba 2 tipe tungku biomasa dari Primestove (www.primestoves.com) serta ACE 1 (http://www.africancleanenergy.com/) yang langsung di impor dari Afrika. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang tentunya akan sesuai dengan daerah serta situasi oleh masyarakat setempat. Saat ini pengembangan sedang dilanjutkan untuk pembuatan kompor biomasa berbahan bakar biomasa dari briket sampah organik.
Oleh : Dr. Hayu Prabowo