Banyak pihak yang menyampaikan bahwa virus corona akan berkurang atau berakhir pada musim panas sekitar awal Juli karena kenaikan suhu suatu daerah. Menurut Imam Ibn Hajar al Asqallani yang  kehilangan 3 anaknya karena wabah Thaun, berkata bahwa “pada umumnya wabah penyakit terjadi selama musim semi, kemudian sirna pada awal musim panas” (Kitab Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun, hal 369).  

Bagaimana menurut penelitian?

Penelitian yang telah dilakukan Chan, dkk[1] menunjukkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kemampuan virus untuk mempertahankan eksistensi independen (virus viability), yaitu suhu dan kelembaban. Dimana pada tingkat suhu dan kelembaban relatif yang lebih tinggi, virus viability semakin cepat (virus akan lebih cepat mati). Penelitian oleh WHO menyatakan bahwa virus corona SARS akan mati pada suhu 56 derajat Celcius[2] dalam 15 menit.

Hasil penelitian Chan dikonfirmasi oleh Araujo[3], dimana dia menambahkan bahwa tidak semua virus tergantung dengan cuaca, misalnya HIV/AIDS, tidak diakibatkan oleh faktor eksternal, tapi oleh hubungan seksual, transfusi darah, dll, sehingga virus tidak pernah keluar dari kondisi internal inangnya atau tidak pernah terpengaruh kondisi eksternal. Namun sebaliknya, virus corona, merupakan virus pernapasan sehingga virus corona akan selalu terpengaruh dengan kondisi lingkungan eksternal.

Kondisi lingkungan negara-negara seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand dengan demikian tidak kondusif bagi kelangsungan hidup virus yang berkepanjangan. Di negara-negara seperti Singapura dan Hong Kong di mana terdapat penggunaan AC yang intensif, transmisi sebagian besar terjadi di lingkungan ber-AC seperti apartemen, rumah sakit atau hotel.

Bagaimana di Indonesia?

Suhu udara suatu daerah tergantung dari elevasi atau ketinggian permukaan tanah. Berdasarkan data pengukuran, climate4live[4] telah bisa memperkirakan suhu dan ketinggian seperti gambar 2. Dari tabel ini terlihat hubungan antara temperatur dan ketinggian, misal untuk bulan Oktober temperatur Jakarta 29,3 derajat Celcius, maka di Cicalengka akan 24,3 derajat Celcius.

 

Kesimpulannya adalah bahwa

1.    Semakin tinggi temperatur akan semakin lemah virus, namun berdasarkan penelitian Chan, temperatur kita belum termasuk tinggi untuk secara signifikan mengurangi virus viability, apalagi masih banyak daerah pegunungan yang bertemperatur rendah.

2.     Data temperatur sepanjang tahun untuk sekitar Jakarta tidak banyak beda, hanya bervariasi beberapa derajat saja. Hal ini berbeda dengan daerah Arab yang temperaturnya mendekati 0 derajat Celcius pada musim dingin, dan antara 45-55 derajat celcius ketika musim panas.

Jadi nampaknya, bila dilihat dari faktor suhu, berdasarkan penelitian dari virus corona SARS, kondisi Indonesia pada pertengahan tahun tidak banyak berbeda dengan saat ini. Sehingga kita harus tetap  waspada dalam menghadapi virus ini. BIN memperikakan puncak penyebaran virus corona kemungkinan terjadi dalam 60–80 hari setelah kasus pertama terkonfirmasi. BIN memperkirakan puncak akan terjadi pada Juli 2020[5].

Untuk saat ini kita harus terus berikhtiar dan tawakal dan menghadapi cobaan ini. Karena dalam kesulitan akan datang bersamanya kemudahan dan hikmah yang  tidak kita ketahui.



[1] Chan, et all, 2011. The Effects of Temperature and Relative Humidity on the Viability of the SARS Coronavirus, Hongkong: Hindawi Publishing Corporation,  Advances in Virology, Volume 2011, Article ID 734690.

[2] https://www.who.int/csr/sars/survival_2003_05_04/en/

[3] Miguel B. Araújo and Babak Naimi, 2020, Spread of SARS-CoV-2 Coronavirus likely to be constrained by climate, MedRxiv preprint doi: https://doi.org/10.1101/2020.03.12.20034728.

[4] https://www.climate4life.info/2018/08/menentukan-suhu-udara-suatu-tempat-berdasarkan-ketinggiannya.html

[5] Nur Rohmi Aida, Prediksi Sejumlah Pakar soal Puncak Wabah Virus Corona di Indonesia, https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/03/123616065/prediksi-sejumlah-pakar-soal-puncak-wabah-virus-corona-di-indonesia.

Share:
Hayu Susilo Prabowo Prabowo

Inisiator EcoMasjid dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI