Virus corona adalah merupakan penyakit zoonosis - artinya mereka ditularkan dari hewan ke manusia. Beberapa ahli berpendapat bahwa perusakan habitat liar dan ekosistem disertai dengan meningkatnya populasi dan memburuknya dampak perubahan iklim memberi tekanan lebih besar pada fungsi lahan akibat penggundulan hutan, urbanisasi, intensifikasi pertanian, dan ekstraksi sumber daya membuka kesempatan lebih luas bagi patogen untuk menyebar dari hewan ke manusia. Saat ini virus corona  Covid-19 sudah bermutasi penularannya dari manusia ke manusia hingga yang menjelma menjadi skala pandemi dunia.

Munculnya banyak penyakit menular yang baru dan perubahan iklim global menimbulkan banyak pertanyaan. Daftar virus yang muncul terdengar menyeramkan: Machupo, Bolivia, 1961; Marburg, Jerman, 1967; Ebola, Zaire dan Sudan, 1976; H.I.V., diakui di New York dan California, 1981; bentuk Hanta (sekarang dikenal sebagai Sin Nombre), barat daya Amerika Serikat, 1993; Hendra, Australia, 1994; flu burung, Hong Kong, 1997; Nipah, Malaysia, 1998; Nil Barat, New York, 1999; SARS, Cina, 2002-3; MERS, Arab Saudi, 2012; Ebola lagi, Afrika Barat, 2014. Dan masih banyak lagi. Sekarang kita memiliki Covid-19 yang sudah menjadi pandemi dan merupakan genderang perang baru manusia melawan virus.

Quammen, seorang peneliti penyebaran virus, mengumpamakan wabah penyakit dari coronavirus Covid-19 yang baru saja lepas dari hewan inangnya ke manusia sebagai inangnya yang baru seperti bola di mesin pinball. Begitu anda menekan tombol dan bola melaju kencang, maka anda tidak dapat lagi mengendalikannya, bola akan membentur pada halangan yang ada dan akan berubah arah dengan cepat bila berbenturan dengan halangan. Ini berlaku untuk coronavirus, virus akan bermutasi sesering mungkin ketika mereka bereplikasi, dan dapat berevolusi cepat sesuai dengan keadaan yang ditemuinya.

Kita dihadapkan pada dua tantangan, dalam jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek: Kita harus melakukan semua yang kita bisa, dengan kecerdasan, ketenangan dan komitmen penuh sumber daya, untuk menangani dan mengatasi wabah Covid-19 ini. Dalam jangka panjang: Kita harus ingat bahwa mewabahnya penularan penyakit seperti Covid-19 bukanlah peristiwa baru atau bencana kita pada saat ini. Secara historis kejadian tersebut adalah bagian dari konsekuensi atas pola pilihan yang kita buat yang sudah dapat kita perkirakan bersama.

Oleh karenanya untuk kepentingan jangka panjang, kita perlu membuat perkiraan risiko yang mungkin kita hadapi melalui kajian-kajian yang dilakukan. Tulisan ini mencoba membahas semua akibat dari perubahan iklim, tidak hanya menjadikan cuaca bumi menjadi ekstrim yang berdampak buruk pada ketahanan pangan serta penyediaan air bersih akibat terganggunya siklus air (hidrologi) bumi.

 

Efek Mikrobiologi atas perubahan 1 derajat celcius suhu bumi

 Mengapa hal munculnya penyakit menular berturut-turut dan mengapa ini begitu penting untuk dibahas? Stanley Maloy adalah Professor of Microbiology  San Diego State University dan Associate Vice President for Innovation serta President of the American Society for Microbiology, menjelaskan pada sebuah seminar pada tahun 2013.

Gambar 1 menunjukkan, kurva suhu terestial, suhu tanah dari tahun 1880 hingga 2000. Bila kita perhatikan, awalnya banyak variasi, tetapi sejak 1960 kurva naik secara dramatis. Studi matematika menunjukkan bahwa hal tersebut signifikan secara statistik dan peningkatan suhu terestrial lebih besar dan lebih cepat daripada sebelumnya.

Bila kita perhatikan sumbu Y (sumbu vertikal) merupakan angka desimal. Angka-angka ini bukan angka besar, ini adalah angka yang cukup kecil jadi mengapa kita sangat khawatir jika kita berbicara tentang perubahan suhu 1 derajat apa masalahnya sebenarnya.

Menjelaskan data kenaikan suhu bumi tersebut, Alan Sweedler, Professor of Physics San Diego State University, Director of Environmental Science dan Director of  Center for Energy Studies, San Diego State University, menjelaskan bahwa berdasarkan banyak studi, sejumlah besar informasi mengenai suhu bumi telah terkumpul banyak. Data temperatur bumi di rekam melalui satelit, pelampung di lautan, alat pengukur suhu daratan, standarisasi pengukuran, memperhitungkan semua jenis fluktuasi yang dibarengi disertai dengan peningkatan daya komputasi. Seluruh studi menunjukkan dengan meyakinkan bahwa suhu rata-rata bumi meningkat. Banyak ilmuwan yang mengkaitkan kenaikan suhu ini akibat naiknya emisi karbon dioksida (CO2) yang menyebabkab efek gas rumah kaca (Gambar 2). Namun pada diskusi ini tidak dibahas mengapa suhu meningkat, tapi kita mulai dengan fakta dan kajian komunitas ilmiah sepakat bahwa bumi suhu bumi meningkat.

Gambar 3 menunjukkan suhu permukaan laut yang diplot pada kerangka waktu yang sama mulai tahun 1880 dan terlihat juga banyak variasi. Terlihat mulai sekitar tahun 1960 suhu meningkat diatas suhu rata-rata. Saat ini  suhu bumi jauh di atas suhu rata-rata di permukaan laut, dan perubahan suhu tersebut dalam kisaran 1 derajat.

Sekarang apakah perubahan 1 derajat berarti sesuatu? Perubahan suhu 1 derajat akan berdampak langsung pada mikroorganisme. Kenaikan suhu terestial mengubah distribusi vektor nyamuk yang dapat membawa malaria dan serangga lain yang dapat membawa kutu dan penyakit.

Perubahan iklim akan mengakibatkan perubahan siklus air bumi, dengan semakin sering dan dahsyatnya badai yang menyebabkan siklus banjir dan kekeringan. Perubahan siklus air ini juga meningkatkan patogen[1] yang ditularkan melalui air seperti salmonella dan rotavirus dan juga mengubah keberadaan vektor[2] hewan pengerat dengan hantavirusnya sebagai contohnya. Berikut adalah beberapa contoh dampak langsung dari perubahan iklim terhadap perkembangan patogen:

 

1.       Dampak Meningkatnya Suhu Bumi

Dalam siklus hidup nyamuk, ada masa dimana sebagian siklus hidupnya berada di bawah permukaan air dan sebagian siklus hidupnya di darat. Siklus hidup ini sangat sangat sensitif terhadap suhu. Setiap jenis nyamuk memerlukan suhu minimum di mana ia dapat bereproduksi dan siap makan dengan menggigit orang ataupun binatang.  

Bila nyamuk terinfeksi parasit, suhu di mana parasit tersebut berkembang, akan mempengaruhi lama waktu untuk mencapai tahap di mana ia dapat menyebabkan penyakit.

Gambar 4 memperlihatkan dua panah merah kecil yang mewakili perbedaan suhu 1 derajat dan pertumbuhan parasit yang menyebabkan malaria di dalam nyamuk. Terlihat bahwa dengan berubahnya suhu 1 derajat maka perkembangan parasit akan semakin cepat dari sekitar 25 hari menjadi sekitar 17 hari.

Apa artinya itu bagi populasi nyamuk yang dapat menularkan penyakit? akan sangat signifikan.  Diperkirakan kenaikan satu derajat hingga 2 derajat, akan meningkatkan jumlah manusia yang terkena malaria berkisar 15% dari populasi manusia. Perubahan suhu hanya satu derajat mengubah dramatis dalam penularan penyakit.

 

2.       Dampak Meningkatnya Suhu Permukaan Laut

Sekarang bukannyamuk tapi dengan kehidupan patogen yang ada di dalam air.

a.       Patogen Vibrio parahaemolyticus (VP)

VP ada di perairan di seluruh bumi dan jika ada kerang seperti oyster (tiram), VP terakumulasi dalam saringan oyster. Bila  anda memakan oyster mentah, Anda kemungkinan akan terinfeksi, tetapi organisme ini tidak dapat tumbuh di bawah 15 derajat. sehingga  orang makan tiram mentah di Alaska tidak pernah sakit. Di sana tidak pernah ada kasus yang dilaporkan selama bertahun-tahun karena suhu laut dibawah 15 derajat sehingga patogen ini tidak dapat berkembang.

Gambar 5 menunjukkan, wabah pertama di Alaska atas konsuksi oyster mentah adalah tahun 2004, dimana pada saat tersebut kenaikan suhu air 1 derajat menjadi lebih dari 15 derajat celcius yang memungkinkan patogen untuk berkembang biak, yang menyebabkan penyakit menular yang sebelumnya belum pernah memengaruhi manusia. Sejak saat itu wabah terjadi di Alaska setiap tahun.

b.      Kolera

Kolera adalah penyakit yang sangat serius yang dapat menyebabkan pandemi yang menginfeksi orang di seluruh dunia. Penyebabnya adalah bakteri kecil yang hidup di air yang menempel pada phytoplankton dan zooplankton. Ketika manusia minum air yang mengandung  plankton tersebut akan menimbulkan infeksi dan akan mengambil nutrisi dari usus kita serta menyebabkan diare hebat.
Gambar 6 memperlihatkan orang duduk dengan  seluruh botol air yang merupakan jumlah cairan yang hilang selama infeksi. Penyakit ini membunuh orang karena kehilangan cairan tubuh, akibatnya darah menjadi sangat kental sehingga jantung tidak dapat memompa darah yang mengakibatkan kematian.

Hal yang harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ini adalah hanya mengukur jumlah cairan yang keluar dan memasukan jumlah cairan yang sama. Tetapi yang penting adalah bahwa diare ini diakibatkan perubahan siklus air yang dipengaruhi oleh kenaikan suhu air.

Jadi jika Anda melihat dua kurva pada Gambar 7, garis putus-putus adalah suhu permukaan laut dan garis padat adalah kejadian kolera. Kejadian ini di Teluk Benggala yang merupakan salah satu tempat kolera endemik. Dapat diperhatikan di sini adalah bahwa ketika suhu permukaan laut naik satu derajat, meningkatkan jumlah manusia yang mendapatkan kolera sekitar 5%. Ini merupakan perubahan cukup dramatis untuk perbedaan kenaikan suhu satu derajat.

 

3.       Dampak Perubahan Siklus Air (Hidrologi)

Bagian lain dari ini yang penting atas perubahan satu derajat suhu lautan akan mempengaruhi siklus air.

Semakin tinggi suhu bumi, semakin banyak dan cepat sirkulasi air terjadi. Akibatnya akan terjadi lebih banyak badai yang diikuti dengan masa kekeringan. Kenaikan suhu bumi akan mempercepat dan meningkatkan siklus banjir dan kekeringan yang lebih ekstrim. Dunia sudah merasakan perubahan siklus ini. Di Indonesia dan beberapa belahan negara lain tahu tentang El Nino dan La Nina dan apa artinya bagi pola iklim serta efeknya bagi kehidupan kita semua. Dampak Perubahan Siklus Air (Hidrologi):

1.       Kemarau dan banjir mempengaruhi persediaan air bersih, meningkatkan penularan patogen seperti Salmonella dan Rotovirus.

Banjir meningkatkan penularan patogen, karena banjir akan mengurangi ketersediaan pasokan air bersih. Sebaliknay pada musim kemarau, akan ada upaya penghematan air, semua orang akan mengurangi penggunaan air dalam menjaga kebersihan diri. Misal, lebih jarang mencuci tangan pada musim kemarau.

2.       Meningkatnya curah hujan mengakibatkan bertambahnya tempat untuk perkembang-biakan  nyamuk, yang akan meningkatkan penularan penyakit seperti Malaria, Demam Berdarah, demam Kuning, dll.

3.       Periode kemarau yang diikuti hujan lebat seringkali meningkatkan populasi hewan pengerat.

Sebuah contoh yang bagus adalah yang disebut penyakit four-corner. Ada empat sudut di bagian Amerika Serikat, yaitu perbatasan antara Utah, Arizona, Colorado dan New Mexico. Tepat di daerah itu, tempat tinggal penduduk asli Amerika.

Wabah ini terjadi pertama kali pada tahun 1993 setelah periode kekeringan yang sangat hebat, Gambar 9. Selama kekeringan tersebut, persediaan makanan untuk tikus berkurang yang diikuti menurunnya populasi tikus. Pada musim semi tahun 1993, daerah tersebut mengalami hujan yang sangat deras yang menambah jumlah benih dan dedaunan tanaman. Dengan tersedianya banyakan makanan, populasi tikus meledak. Ketika itu terjadi, tikus bukannya tinggal di ladang tempatnya, tapi pindah ke rumah-rumah penduduk asli Amerika. Tikus-tikus itu membawa virus tertentu, virus itu awalnya dinamakan Sin Nombre, yang saat ini virus yang disebut hantavirus. Ketika tikus masuk ke rumah dan kencing di lantai, aerosol kecing tersebut dapat terhirup dan masuk ke paru-paru yang menyebabkan penyakit yang sangat serius dengan kemungkinan kematian yang tinggi.

Sekarang proses ini dikaitkan dengan siklus kekeringan-banjir. Kita melihat wabah penyakit ini dan sekarang kita mengenalinya di seluruh dunia, penyakit ini terkait dengan perubahan banjir kekeringan dan perubahan bersamaan pada populasi hewan pengerat.

Contoh penyakit menular lainnya adalah:

  • Penyakit yang ditularkan melalui kutu seperti penyakit Lyme dan Rickettsia,
  • Penyakit yang disebabkan oleh aerosol karena kelembaban dan suhu udara misalnya tuberkulosis pada influenza
  • penyakit ditularkan oleh hewan
  • penyakit yang disebabkan oleh racun, seperti red tide (phytoplankton) dan aflaxotoxin (jamur).

Sekarang kita dapat melihat dengan jelas bagaimana kenaikan satu derajat celcius suhu bumi dapat memiliki pengaruh besar pada penyebaran penyakit yang membahayakan manusia diseluruh dunia, baik sekarang dan generasi mendatang.

 Tinjauan Al-Qur’an Atas Muculnya Wabah Penyakit

Syekh Abu Bakar Al ‘Adani al Masyhur dalam kitab Al-Usus Wal-Munthalaqat  pada2010 menyampaikan dasar-dasar dan sumber dalam menganalisis petunjuk tannda-tanda kiamat. Di antara tanda-tanda kiamat kecil, yang dijelaskan dalam hadis-hadis Rasulullah Saw yang tidak berbicara atas hawa nafsunya, adanya penyebaran banyak penyakit yang mewabah yang belum pernah pada bangsa-bangsa dan umat-umat sebelumnya. Pada masa-masa akhir ini, banyak penyakit-penyakit wabah baru yang berbahaya seperti AIDS, flu burung, flu babi, flu korona dan penyakit sulit lainnya, yang masih dicari pengobatannya dan mencari jawaban mengapa  itu tersebar pada masyarakat hingga saat ini.

Pertanyaan dari sisi keagamaan adalah apakah bencana ini Allah yang menciptakan? padahal Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Bagaimana mungkin yang Maha Pencipta itu mau membuat suatu penderitaan kepada makhluknya, padahal Pencipta itu bersifat penuh kasih sayang.

Semua perbuatan yang terjadi dimuka bumi ini adalah ketetapan Allah Swt, sementara manusia itu hanyalah berusaha mewujudkan apa yang dianggap baik. Ada kasab atau usaha hamba dan ada ciptaan Allah. Kita sering dengar ikhtiar dan wabah ini ketetapan dari Allah Swt.

Bila kita kaji ayat-ayat Al-Qur’an dibawah ini ada timbal balik antara perbuatan manusia dan ketetapam Allah Swt sebagai perwujudan kasih sayangNya.  

1.       Kekuasaan Allah itu tidak ada batasan dan kehendaknyalah yang secara mutlak berlaku pada alam semesta ini. Sementara hamba hanya berusaha.
QS. Ali `Imran[3]:26: Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.

2.       Penyakit timbul karena ada faktor kesalahan manusia. Diantaranya kesalahan dalam kurang menjaga pola hidup sehat, kebersihan, lingkungan dll.
QS. Ash-Shu`ara'[26]:78-80: (yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku; dan Yang memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.
Pada ayat 80 Allah Swt tidak menyebut seperti ayat sebelumnya, karena berbunyi “Bila Allah membuat aku sakit” tapi “Bila aku sakit”. Hal ini dapat diartikan bahwa sakit lebih karena perbuatan manusia.

3.       Manusia diberi dua pilihan, dan kita bebas memilihnya, mau baik atau buruk. Itu tergantung pilihan kita dan dihargai oleh Allah Swt dan diberi ganjaran yang setimpal.

QS. Al-Hijr[15]:49: Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.

4.       Pilihan hambanya sangat berpengaruh terhadap ganjaran yang Allah akan berikan kepada hambanya. Tiap pekerjaan kita ada ganjarannya.
QS. Az-Zalzalah[99]:7-8: Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya; dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

QS. Al-'Isra'[17]:7: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri...

5.       Setiap kesulitan selalu bersama kemudahan, itulah jaminan Allah, agar setiap hamba tidak putus asa dengan pertolongan Allah, sekalipun coabaan yang ia hadapi begitu berat kesabaran dan ketabahan harus ia hadirkan dalam dirinya, dan yakin bahwa kemudahan akan datang dari pertolongan Allah.
Al-Insyirah [94]:6: sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

 

Hikmah Datangnya Wabah

Menurut Imam Ibn Hajar al Asqallani dalam kitabnya Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun (pemberian pertolongan kepada para pederita penyakit thaun)

Al Hafizh Ibnu Hajar yang kehilangan 3 anaknya karena Thaun, berkata bahwa diantara faidah adanya wabah adalah:

1.     Pendek Angan-angan (Mengurangi keinginan duniawi)
Sebelum adanya wabah, manusia yang punya ambisi tinggi dan rencana berjangka panjang. Wabah menghilangkan keangkuhan yang sebelumnya merasa mampu untuk melakukan segala hal. Merubah prioritas pekerjaan dengan mengerahkan daya spiritual, daya fikir, daya upaya dan semua kemampuan kita untuk menyelamatkan diri, keluarga dan umat manusia. Memikirkan kebaikan-kebaikan yang bisa dilakukan saat ini.

2.     Perbaikan Amal (Kualitas dan Kuantitas)
Memperbaiki ibadah, misal sholat lebih khusuk, sholat wajib dan sunnah, baca Al-Qur’an, belajar ilmu. Hadits Rasullullah Saw “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

3.     Sadar/bangkit dari kelalaian/kealpaan
Menyadari dari segala
kesalahan dan kelalaian yang selama ini tidak disadari. Beberapa hal dan inisiatif baru dapat timbul untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang muncul.

4.     Berbekal untuk Bepergian (Persiapan Sebelum Kematian)
Mendekatkan diri pada Allah dan memberikan solusi bagi kaum lemah akibat dampak  penurunan ekonomi yang cepat dan luar biasa. Mempererat hubungan keluarga, kerabat dan kemanusiaan.

Jelas bahwa munculnya wabah adalah sebagai konsekuensi logis atas perbuatan manusia sebagai bentuk kasih sayang Allah Swt karena dibalik kesulitan ada hikmah dan datang bersama kelapangan. Allah Swt berjanji akan menyembuhkan penyakit untuk kita semua seperti halnya pemberianNya makan dan minum untuk kita semua.

Oleh: Dr. Hayu Prabowo

 

Referensi
Maloy, Stanley dan Alan Sweedler. 2013. Global Climate Change and Emerging Infectious Disease: Exploring Ethics,
San Diego State University.

Quammen, David. 2020. We Made the Coronavirus Epidemic. https://www.nytimes.com/2020/01/28/opinion/coronavirus-china.html



[1] agen biologis atau mikroorganisme parasit yang menyebabkan penyakit pada inangnya

[2] Serangga vektor adalah serangga yang dapat berperan sebagai agen yang menularkan suatu penyakit dari individu yang sakit ke individu yang sehat. Serangga vektor dapat dikelompokkan berdasarkan target inangnya, yaitu vektor penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia.

Share:
Hayu Susilo Prabowo Prabowo

Inisiator EcoMasjid dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI