Jakarta merupakan salah satu kota besar dunia yang rentan terhadap berbagai guncangan dan tekanan.

(i) Guncangan adalah kejadian yang mengancam kehidupan kota, seperti: banjir, kebakaran, gempa bumi, demonstrasi, wabah penyakit, kerusakan infrastuktur, dll, sedangkan

(ii) Tekanan adalah kejadian yang terus melemahkan sistem dan fungsi kota, seperti: kekurangan air, buruknya sanitasi, pencemaran udara, pencemaran air, turunnya permukaan tanah, dll.

Guna menghadapi risiko tersebut, gubernur DKI menjalankan strategi City 4.0 yang menempatkan pemerintah sebagai kolaborator dan masyarakat sebagai ko-kreator dalam kerangka melalui promosi tata kelola terintegrasi di seluruh sektor dan pengarusutamaan prinsip kohesi sosial.

Hal ini dilakukan dalam 3 pilar yaitu:

  1. Jakarta Siap. Kota yang siap & mampu melakukan mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi guncangan dan tekanan, termasuk risiko bencana dan dampak perubahan iklim.
  2. Jakarta Sehat. Kota sehat yang menjamin aksesibilitas pelayanan air bersih, air limbah, dan manajemen sampah yang berkelanjutan.
  3. Jakarta Terhubung. Kota yang terhubung dalam  konektivitas, mobilitas dan jejarig warga melalui transportasi publik antarmoda serta komunikasi yang terjangkau.

Hal tersebut disampaikan dalam Sarasehan Ulama & Umaro dengan tema ”Optimalisasi Peran Ulama dan umat untuk Pembangunan Kota” agar Jakarta siap menghadapi guncangan dan tekanan akibat faktor alam, sosial dan ekonomi.

Ketua Lembaga PLH & SDA MUI menyampaikan program masjid ramah lingkungan (ecoMasjid) sebagai salah satu platform untuk meningkatkan kohesi sosial serta ko-creator dalam mendukung program pemerintah provinsi DKI ini.

oleh: Dr. Hayu Prabowo

 

Share:
Hayu Susilo Prabowo Prabowo

Inisiator EcoMasjid dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI