Berbagi Makanan Lebih (BeraMaL):
Solusi Inovatif Atasi Pemborosan dan Ketimpangan Pangan
Oleh: Dr. Hayu Prabowo
Program Berbagi Makanan Lebih (BeraMaL) muncul sebagai respons atas keprihatinan yang mendalam terhadap dua isu yang saling terkait, yaitu pemborosan makanan dan ketimpangan akses pangan. Di Indonesia, isu pemborosan makanan telah mencapai tingkat yang memprihatinkan. Menurut laporan The Economist, Indonesia berada di peringkat kedua dunia dalam hal pemborosan makanan, dengan rata-rata setiap orang membuang 300 kg makanan per tahun. Ironisnya, di tengah kondisi pemborosan yang tinggi ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangannya. Data Global Hunger Index (GHI) tahun 2024 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-77 dari 127 negara dengan skor 16.9, yang mengindikasikan tingkat kelaparan moderat.
Studi "Food Loss & Waste di Indonesia" yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas pada tahun 2021 memberikan gambaran yang lebih rinci tentang permasalahan ini. Studi tersebut mengestimasi bahwa pada periode 2000-2019, Indonesia menghasilkan Food Loss and Waste (FLW) sebesar 23-48 juta ton per tahun, atau setara dengan 115-184 kg/kapita/tahun. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar makanan yang diproduksi di Indonesia terbuang percuma, baik dalam bentuk food loss yang terjadi di tahap produksi, pascapanen , dan pengolahan, maupun food waste yang terjadi di tahap distribusi dan konsumsi.
Pemborosan makanan tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi, tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa FLW di Indonesia menghasilkan emisi gas rumah kaca 7,29% dari total emisi GRK Indonesia. Selain itu, FLW juga menyebabkan kehilangan kandungan gizi yang signifikan. Studi tersebut mengestimasi bahwa kandungan energi yang hilang dari FLW setara dengan kebutuhan energi 61-125 juta orang, atau 29-47% dari populasi Indonesia. Dengan demikian, FLW berkontribusi pada ketimpangan akses pangan dan memperburuk masalah gizi di Indonesia.
BeraMaL hadir sebagai solusi inovatif yang berupaya menjembatani kesenjangan antara pemborosan makanan dan ketimpangan akses pangan. Program ini berfokus pada pengumpulan dan penyaluran:
1. Makanan berlebih yang tidak terjual dari HOREKA (Hotel, Restoran, Kafe, dan Kantin). Makanan berlebih ini, seperti makanan yang tidak habis terjual atau sisa makanan dari prasmanan, masih layak konsumsi namun tidak lagi memiliki nilai jual.
2. Bahan makanan yang tidak layak jual tapi layak pangan dari supermarket dan pasar tradisional. Bahan makanan ini, seperti sayur dan buah yang tidak lagi segar atau mendekati kadaluarsa, masih layak konsumsi namun tidak lagi menarik untuk dijual.
Dengan menyelamatkan makanan dan bahan makanan tersebut, BeraMaL tidak hanya mengurangi pemborosan dan sampah makanan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan ketahanan pangan dengan mendistribusikannya kepada masyarakat yang membutuhkan.
Landasan Agama: Menghargai Makanan sebagai Anugerah Tuhan
Program BeraMaL sejalan dengan ajaran agama yang melarang pemborosan makanan. Dalam Islam, misalnya, terdapat hadis Rasulullah SAW yang menganjurkan untuk menghargai makanan:
- Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Wahai anak Adam, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah makanan yang dekat denganmu, dan janganlah kamu meniup makanan dan minuman." (HR. Abu Dawud)
- Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya setan hadir pada salah satu di antara kalian dalam setiap perkara, bahkan ketika makan. Jika salah satu di antara kalian menjatuhkan suapannya, maka hendaklah ia membersihkannya dari kotoran, lalu memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk setan." (HR. Muslim)
Hadis-hadis tersebut mengajarkan kita untuk tidak membuang-buang makanan dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT. Al-Quran juga menegaskan larangan terhadap perilaku mubazir, termasuk dalam hal makanan:
"Dan makanlah dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf: 31)
Berbasis Rumah Ibadah
Program ini diinisiasi berbasis rumah ibadah, mengingat rumah ibadah memiliki peran sentral dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, rumah ibadah juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan yang memiliki jangkauan luas ke berbagai lapisan masyarakat.
Melalui BeraMaL, rumah ibadah diharapkan dapat berperan aktif dalam mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan. Dengan memfasilitasi pengumpulan dan pendistribusian makanan lebih, rumah ibadah dapat membantu menyelamatkan makanan yang sebelumnya terbuang sia-sia, dan menyalurkannya kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, BeraMaL juga dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya menghargai makanan dan mengurangi pemborosan.
BeraMaL sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Pemerintah Indonesia terus berkomitmen untuk memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan cadangan pangan nasional untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis, serta meningkatkan kemandirian pangan agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada impor.
Dengan menyelamatkan makanan lebih dan mendistribusikannya kepada yang membutuhkan, BeraMaL turut berkontribusi pada pemenuhan gizi masyarakat, khususnya kelompok rentan. Selain itu, BeraMaL juga dapat mempererat hubungan antar warga dan meningkatkan kepekaan sosial. Melalui kegiatan berbagi makanan, diharapkan akan tercipta masyarakat yang lebih peduli dan berbagi, serta lingkungan yang lebih lestari.
BeraMaL merupakan contoh nyata bagaimana rumah ibadah dapat menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan mendukung program BeraMaL, kita turut berpartisipasi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik, di mana setiap orang memiliki akses terhadap pangan yang cukup dan bergizi.
Harapan dan Manfaat BeraMaL
Melalui BeraMaL, diharapkan akan tercipta:
· Pengurangan pemborosan makanan: Mengurangi jumlah makanan yang terbuang percuma dan menyelamatkan makanan yang masih layak konsumsi.
- Peningkatan ketahanan pangan: Membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang membutuhkan, khususnya kelompok rentan.
- Kesadaran masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghargai makanan dan mengurangi pemborosan.
- Kepedulian sosial: Menumbuhkan kepedulian sosial dan semangat berbagi di antara masyarakat.
Lingkungan yang lebih lestari: Mengurangi dampak negatif pemborosan makanan terhadap lingkungan.